SELAMAT DATANG DI DESA BANDUNGSARI

Bandungsari-Ku (Desa Kami - Nu Kami - Jeung Kami)

Bandungsari merupakan salah satu desa yang terletak di sebelah selatan Kecamatan Banjarharjo dan masuk wilayah Kabupaten Brebes. Jumlah penduduk 5550 (laki-laki 2552 dan perempuan 2998). Luas wilayah 1658 Ha) Sebagian penduduk bermata pencaharian petani, dan sebagian menjadi pekerja bangunan di Jakarta. Bandungsari kini dipimpin oleh "kuwu" Abdul Kodir.

13 February 2009

Pendidikan (desa) kita yang semakin baik??

Berbicara masalah pendidikan dijaman sekarang memang semakin penting. Ditengah laju arus globalisasi dan derasnya era informasi. Pendidikan (sekolah) terasa semakin penting, hal itu tidak lepas dari adanya ekpektasi yang besar dari masyarakat bahwa pendidikan bisa menjadi mediator untuk bisa menjembati kebutuhan untuk bisa tetap survive hidup.

Semakin komplek nya masalah pendidikan ini, sehingga menjadi perhatian banyak orang. Apalagi di era informasi seperti sekarang ini, dimana stasiun-stasiun TV dan layanan operator seluler bisa masuk sampai ke pelosok desa (termasuk daerah banjarharjo selatan). Konsekuensinya masyarakat desa pun sekarang sedikit demi sedikit sudah mulai tersentuh dan tersadarkan akan pentingnya sebuah pendidikan.

Di daerah Bandungsari (dan sekitarnya) geliat untuk bisa menyekolahkan anak sampai ke jenjang lanjutan atas dan perguruan tinggi sudah mulai terlihat dari lima tahun terakhir. Banyak dari orang tua yang rela untuk kerja lebih keras banting tulang dan peras keringat agar anak-anaknya bisa melanjutkan sekolah. Bagi orang tua yang sudah tersadarkan biasanya logikanya hanya sederhana, dengan bahasa yang enteng biasanya mereka bilang seperti ini “ peupeuriheun aing mah teu bisa maca teu bisa nulis, ngarasa jalma bodo, ulah sampe tuh anak aing mah milu bodo”

Logika sederhana itulah yang membuat beberapa orang tua nekad untuk bisa menyekolahkan anaknya sampai jenjang perguruan tinggi. Yang padahal tahapan ini dahulunya hanya bisa diakses oleh orang-orang tua yang secara intelektual sudah bisa terbuka dengan perubahan. Mereka beranggapan bahwa untuk bisa hidup ke depannya dengan kualitas baik, pendidikan memegang peranan penting. Pengalaman dan perjalanan dalam hidup yang menyebabkan mereka merubah mindset tentang hidup.

Dulu mungkin yang namanya hidup hanya sebatas mempertahankan hidup. Bisa mencari sesuatu untuk bisa memenuhi kebutuhan keluarga (yang penting bisa makan) juga itu sudah bagus. Dari trilogi kebutuhan sandang, pangan dan papan, posisi pangan menjadi urutan nomor wahid untuk terlebih dahulu diutamakan. Ini tentu sesuai dengan Teori Motivasi Abraham Maslow dengan hierarki kebutuhannya itu, dimana kebutuhan fisiologi, sesuatu yang berhubungan dengan fisik, mendapat prioritas numero uno. Baru setelah itu sandang dan papan mengikuti, itu pun dulu hanya alakadarnya, jauh dari kata mapan.
Tapi semuanya sekarang sudah berubah. Era globalisasi yang ditandai dengan semakin derasnya arus informasi yang masuk ke desa, yang secara dominan pengaruh lewat media televisi dan jaringan telepon seluler, sudah bisa merubah wajah bandungsari dalam memandang pendidikan. Konsekuensinya hal ini membuat paradigma berpikir masyarakat mulai bergeser. Mereka sudah mulai tersentuh oleh gaya hidup. Jadi dalam memenuhi kebutuhan pokok pun sudah mulai sedikit demi sedikit menambah unsur kualitas.

Mungkin itulah semua yang menyebabkan pola pikir masyarakat mulai bertransformasi dan bergerak progresif terutama persepsi tentang pentingnya pendidikan (sekolah). Tentunya kita berharap agar perubahan itu membawa angin segar bagi masyarakat desa. Syukur-syukur hal itu bisa membawa masyarakat bandungsari & sekitarnya lebih sejahtera. Bukankan ada pepatah mengatakan dengan iman hidup jadi indah dan dengan ilmu hidup jadi mudah…Semoga

1 comment: