SELAMAT DATANG DI DESA BANDUNGSARI

Bandungsari-Ku (Desa Kami - Nu Kami - Jeung Kami)

Bandungsari merupakan salah satu desa yang terletak di sebelah selatan Kecamatan Banjarharjo dan masuk wilayah Kabupaten Brebes. Jumlah penduduk 5550 (laki-laki 2552 dan perempuan 2998). Luas wilayah 1658 Ha) Sebagian penduduk bermata pencaharian petani, dan sebagian menjadi pekerja bangunan di Jakarta. Bandungsari kini dipimpin oleh "kuwu" Abdul Kodir.

19 December 2008

Hujan di Kampung sendiri memang lebih menyenangkan


Saya mulai tulisan ini dengan ungkapan yang sangat terkenal yang mengatakan bahwa “hujan batu di negeri sendiri, akan lebih menyenangkan daripada hujan emas di negeri orang lain”. Betulkan pernyataan tersebut???
Coba deh kita liat pada dataran realitanya….Bahwasannya bukan hal yang baru ketika banyak orang dari daerah (kampung red) melakukan “mobilisasi diri” untuk mencari peruntungannya di tempat yang lebih basah (kota red). Kondisi inilah yang dalam bahasa keren nya disebut urbanisasi menyebabkan semakin menumpuknya jumlah penduduk kota. Hal ini akan sangat wajar mengingat perputaran uang di kota memang lebih cepat dan lebh banyak. Jelas ini akan semakin tambah menggiurkannya pesona kota untuk di datangi.

Pada praktek nya, banyak orang desa (termasuk bandungsari dan sekitarnya) memberanikan diri kalau tidak dibilang nekad untuk mengadu nasibnya di kota. Tentunya kemampuan mereka hanya sebatas keterampilan fisik yang mampu untuk ditawarkan. Ini bisa di lihat dari jenis kerjaan yang mereka lakukan. Hampir sebagian besar mereka (orang bandungsari & sekitarnya red ) berprofesi sebagai kuli bangunan, pekerja kuli angkut. Kalaupun ada yang lain, itu tidak hauh-jauh dari pekerjaan proyek bangunan, yaitu buka warung nasi. Untuk jenis usaha yang satu ini kebanyakan dimotori oleh kaum hawa alias ibu-ibu.

Seberapa susah nya kah mencari duit di desa sampai akhirnya mengakibatkan banyak orang berbondong-bondong pergi ke kota, lantas siapa yang harus disalahkan atas kondisi tersebut????? Tentunya berbicara masalah siapa yang harus bertanggung jawab akan panjang urusannya sama panjangnya dengan mengurus Surat Izin Mengemudi (SIM) kalau tanpa nembak (pengalaman pribadi he3).

Yang jelas banyak pihak disini yang punya andil, dimulai dari Pemerintah pusat sebagai pimpinan yang tertinggi, yang belum mampu menghidupkan perekonomian dan pembangunan sampai ke daerah-daerah. Kalau pun selama ini dilakukan ex : PNPM Mandiri, hanya sebatas melakukan program kerja dan menghabiskan anggaran saja. Dampak dari program tersebut tidak pernah ada parameter yang jelas. Misalnya apakah besarnya prosentase dana yang digunakan untuk program PNPM yang berpengaruh terhadap menurun nya tingkat urbanisasi. Karena nyatanya setiap tahun jumlah penduduk kota (khususnya Jakarta) semakin meningkat.

Belum lagi kemampuan pemerintah daerah terutama di desa yang tidak mampu menggenjot perekonomian daerahnya, kalaupun ada pertumbuhan itu sangat lambat bahkan ada yang mandek dan tidak bergerak sama sekali. Belakangan ini semakin banyaknya anak-anak desa yang mengenyam studi sampai ke perguruan tinggi ternyata masih belum mampu membawa angin segar bagi perubahan. Karena hampir sebagian besar yang sudah lulus malah mencari pekerjaan di kota (termasuk saya he2), jarang sekali yang berpikiran setelah selesainya dari mencari ilmu maka akan menerapkan kemampuannya tersebut di dunia nyata berupa membangun desa nya sendiri. Kalau pun ada yang masih di desa (yang sudah lulus red) itu karena mereka tidak mampu bersaing untuk mendapatkan kerja. Sehingga keberadaannya di desa pun hanya sebatas pelengkap itupun pelengkap penderitaan he2…...

Tapi terlepas dari problematika di atas, desa kelahiran akan selalu menjadi tempat yang istimewa, karena disanalah masa kecil kita dihabiskan. Disanalah awal mula kita dididik untuk bisa berbuat banyak dalam kehidupan. Akan selalu ada rasa kangen dan rindu untuk pulang ke kampung halaman kita. Sehingga tidak heran kalau tiap tahun ada perpindahan penduduk yang dinamakan “mudik” hanya untuk ketemu sanak saudara dan bertemu teman lama. Dan sebagai pengetahuan saja, peristiwa mudik ini disebut-sebut sebagai perpindahan manusia terbesar setelah peristiwa haji di Mekah.

Akh..akhirnya aku hanya bisa berharap, next time aku juga bisa pulang kampung untuk bisa membangun desaku kembali…Sama seperti alm. ayahku dulu….Sehingga suatu saat nanti di desaku juga ada “hujan emas”, sehingga aku tidak usah jauh-jauh pergi ke kota….akh semoga…..

No comments:

Post a Comment