Sekarang ini lagi musimnya pendaftaran anak sekolahan. Para orang tua terlihat sibuk untuk menyekolahkan anak nya ke jenjang yang lebih tinggi. Besar asa yang menyertai para orang tua agar suatu kelak anaknya bisa menuai sukses. Paling tidak bisa hidup sendiri tanpa merepotkan orang tua lagi, begitu pikiran yang ada dibenak setiap orang tua.
Mencoba mengingat kembali, bagaimana geliat dulu ketika aku mau masuk sekolah baru. Itu dirasakan saat mau masuk ke tingkat SMU. Maklum di daerah banjarharjo selatan belum ada sekolah setingkat SMA yang bisa menampung hasrat untuk belajar. Inilah mungkin yang menyebabkan tidak terlalu banyak orang tua yang bisa menyekolahkan anknya sampai ke jenjang ini. Karena tentu harus merogoh kocek yang cukup dalam bila harus meneruskan sekolah. Biaya yang mengambil porsi terbesar jelas dari biaya hidup pada saat kost. Tapi ada hal paradok yang terjadi yaitu ketika jaman semakin susah, tetapi jumlah orang tua yang sadar menyekolahkan anaknya justru semakin banyak. Jelas ini menjadi preseden yang bagus bagi perkembangan sumber daya manusia di daerah banjarharjo selatan.
Asa yang membumbung tinggi yang dimiliki orang tua hendaknya berjalan lurus dengan semangat anaknya untuk belajar. Inilah permasalahan yang masih saya liat sangat kentara yang muncul ke permukaan. Gairah orang tua yang menggebu dan ingin melihat anaknya sukses lewat jalur formal, kadang tidak dibarengi dengan kesungguhan si anak. Harapan yang besar itu belum bisa dipikul dengan tanggung jawab si anak. Jelas kalau keberlangsungan ini terus menerus, akan semakin menambah luka yang semakin dalam buat orang tua. Sebab biasanya kemampuan financial orang tua dalam menyekolahkan didapat dari kerja keras.
Kembali ke masa sekolah tiba, semoga kondisi yang ada sekarang (khususnya di desa bandungsari) bisa mendapatkan perubahan ke depannya. Akan semakin banyak intelektual-intelektual lahir yang akan memberi kontribusi yata bagi kemajuan. Tentu kesuksesan yang akan didapat nanti harus bisa berimbas secara langsung buat masyarakat. Selamat bersekolah ade-adeku....
Mencoba mengingat kembali, bagaimana geliat dulu ketika aku mau masuk sekolah baru. Itu dirasakan saat mau masuk ke tingkat SMU. Maklum di daerah banjarharjo selatan belum ada sekolah setingkat SMA yang bisa menampung hasrat untuk belajar. Inilah mungkin yang menyebabkan tidak terlalu banyak orang tua yang bisa menyekolahkan anknya sampai ke jenjang ini. Karena tentu harus merogoh kocek yang cukup dalam bila harus meneruskan sekolah. Biaya yang mengambil porsi terbesar jelas dari biaya hidup pada saat kost. Tapi ada hal paradok yang terjadi yaitu ketika jaman semakin susah, tetapi jumlah orang tua yang sadar menyekolahkan anaknya justru semakin banyak. Jelas ini menjadi preseden yang bagus bagi perkembangan sumber daya manusia di daerah banjarharjo selatan.
Asa yang membumbung tinggi yang dimiliki orang tua hendaknya berjalan lurus dengan semangat anaknya untuk belajar. Inilah permasalahan yang masih saya liat sangat kentara yang muncul ke permukaan. Gairah orang tua yang menggebu dan ingin melihat anaknya sukses lewat jalur formal, kadang tidak dibarengi dengan kesungguhan si anak. Harapan yang besar itu belum bisa dipikul dengan tanggung jawab si anak. Jelas kalau keberlangsungan ini terus menerus, akan semakin menambah luka yang semakin dalam buat orang tua. Sebab biasanya kemampuan financial orang tua dalam menyekolahkan didapat dari kerja keras.
Kembali ke masa sekolah tiba, semoga kondisi yang ada sekarang (khususnya di desa bandungsari) bisa mendapatkan perubahan ke depannya. Akan semakin banyak intelektual-intelektual lahir yang akan memberi kontribusi yata bagi kemajuan. Tentu kesuksesan yang akan didapat nanti harus bisa berimbas secara langsung buat masyarakat. Selamat bersekolah ade-adeku....
No comments:
Post a Comment