SELAMAT DATANG DI DESA BANDUNGSARI

Bandungsari-Ku (Desa Kami - Nu Kami - Jeung Kami)

Bandungsari merupakan salah satu desa yang terletak di sebelah selatan Kecamatan Banjarharjo dan masuk wilayah Kabupaten Brebes. Jumlah penduduk 5550 (laki-laki 2552 dan perempuan 2998). Luas wilayah 1658 Ha) Sebagian penduduk bermata pencaharian petani, dan sebagian menjadi pekerja bangunan di Jakarta. Bandungsari kini dipimpin oleh "kuwu" Abdul Kodir.

09 May 2010

Belalang di Sawah kami

2 Mei 2010 (Catatan Harian)

Sepulang sekolah tanpa sempat berpikir perut yang lapar, aku langsung ganti baju dan langsung menemui teman main-ku. Setelah semuanya kumpul kita langsung pergi menuju tempat yang direncanakan sebelumnya. Dengan jalan setapak yang kami lalui dan harus melewati sawah dikanan dan kiri jalan. Terlihat tumpukan tanaman padi bekas dipanen masih tersisa memenuhi lahan sawah yang belum diolah lagi. Disertai gelak tawa dan canda ria aku berjalan dan sesekali berlari hanya karena melihat belalang yang sedang hinggap di jalan yang kami lalui.


Tidak tau kenapa rasanya, tidak tega hati ini melihat belalang bisa hidup santai dan damai ditempat yang kami lewati. Paling senang tentu kalau melihat ada belalang yang sedang maaf “kawin”, karena itu sudah dapat dipastikan mudah sekali untuk menangkapnya. Bahkan tak harus ada gerakan yang super cepat, atau alihan pandangan mata pura-pura tidak melihat. Dengan mudah kita bisa menangkapnya. Mungkin sama seperti manusia, ketika diri dikuasai nafsu, maka kita tidak sadar berapapun besarnya bahaya yang akan menghampiri kita. Begitu pula nampaknya yang dialami belalang bernasib sial itu, karena hanya kenikmatan yang dirasakan saat itu. Sama seperti remaja di daerah kami yang terjebak dalam kehidupan yang tidak baik., karena mengikuti nafsu sesaaat. Kembali ke soal belalang, slalu ada rasa penasaran dan ingin menangkap saja kalau liat ada belalang, bahkan hanya sebatas untuk mematahkan kaki belakang yang dijadikan penopang untuk dia bisa terbang. Dulu aku tidak pernah berpikir bagaimana nasib belalang yang berhasil aku tangkap kemudian aku cederai, sampai akhirnya dia tidak bisa terbang lagi. Karena waktu itu yang tersisa hanya ada perasaan senang dan puas kalau sudah berhasil menangkapnya. Masa kecil yang indah....he3


Beberapa lahan yang tidak ditanami bawang, biasanya masih tersisa batang tanaman padi, yang ditempat itulah belalang mudah ditemukan. Menangkap belalang di siang hari membutuhkan tenaga yang extra, karena tak jarang kami harus berlari kesana kemari untuk menangkapnya. Berbeda bila itu dilakuakan malam hari. Kita akan sangat mudah untuk menangkapnya, karena sudah bisa dipastikan mereka tidak akan punya daya dan upaya untuk melarikan diri. Aku sendiri pernah satu kali ikut ngobor simeut (istilah nangkap belalang malam hari), dan senang rasanya melihat belalang itu tak berdaya untuk kabur. Sehingga botol aqua yang aku bawa untuk menyimpan hasil tangkapanku, secara cepat dapat terisi penuh. Dan bila waktu sudah malam, maka aku dan rombongan pemburu belalang pulang untuk memasak hasil tangkapan.


Betapa bangganya aku saat itu, aku tunjukan hasil tangkapanku di depan kedua orang tuaku. Kala itu aku merasa bangga sebagai anak laki-laki karena aku pikir aku sudah bisa mencari sesuatu untuk aku makan bersama keluarga. Aku tidak tahu persis roman muka seperti apa yang dapat aku tangkap dari orang tuaku. Yang pasti aku merasa ada tersirat kebahagiaan di wajah bapak dan pasti bangga punya anak seperti aku, karena di usiaku yang sekecil ini aku sudah berani menunjukan kalau aku tidak takut sama gelap malam, ular sawah, dan benda apa saja yang mungkin bisa menyelakai aku kapan saja ketika aku injak...terkesan berlebihankah? ga ah....sebab kalau sekarang disuruh lagi belum tentu berani...he3


Kembali ke nasib belalang tempur itu. Hanya ada penderitaan yang akan timbul setelah mereka berhasil ditangkap, karena sebelum dimasak biasanya mereka direndam dulu dengan air panas…alamak..untuk bertahan hidup botol aqua saja sudah sangat susah apalagi harus disiram air panas, tamatlah sudah riwatnya. Terakhir tentu hidangan goreng belalang yang sudah dimasak sedemikian rupa akan tersaji, ditemani dengan sepiring nasi, bagi keluarga kami itu sudah cukup untuk bisa mengisi perut dan menganggap bahwa itu salah satu makanan yang lezat….Sekarang..sudah kangen sekali rasanya aku pengin menikmati sajian itu…..Kalau pun aku pulang belum tentu lagi musim padi..atau kalaupun musim panen tiba, belum tentu orang-orang ada yang nangkap…karena kalau sekarang disiruh nangkap….pasti aku sudah angkat bendera putih tinggi-tinggi….

No comments:

Post a Comment